WhatsApps atau Telegram?

Secara umum lebih banyak orang menggunakan WhasApp. Namun demikian, apa bila bisa dipaksanakan semisal untuk group bimbingan skripsi atau kelas kuliah sendiri, saya memilih Telegram. Pilihan tersebut bukan berdasar pertimbangan kualitas, kapasitas, reliabilitas, atau keamanan, tapi karena ada kecocokan cara pengelola mengatur jalannya sistem dengan yang saya butuhkan.


Berikut ini ulasan perbandingan fitur-fitur yang saya ketahui dari kedua sistem tersebut.

  1. WhatsApp membatasi jumlah anggota group sebanyak 256, di Telegram bisa sampai ribuan. Kebanyakan group chat yang saya buat beranggotakan tidak lebih dari 100, jadi batas itu tidak penting. Namun demikian barangkali yang berpikiran untuk membuat group jumpa fans dapat mempertimbangkan angka tersebut.
  2. Sistem WhatsApp menggunakan model message delivery; secara logika (entah kenyataannya), sistem tidak menyimpan salinan dari pesan yang sudah sampai ke perangkat pengguna tujuan. Telegram menggunakan model bulletin board; semua pesan disimpan sistem. User menggunakan aplikasi Telegram client untuk membaca pesan yang ditujukan ke dirinya. Perbedaan model implementasi sistem membawa konsekuensi tertentu.
    • Satu nomor id WhatsApp hanya bisa digunakan di satu device saja. Satu nomor id Telegram dapat diakses dari banyak device. Model Telegram itu bisa dianggap menguntungkan karena sangat fleksibel namun bisa dipandang sebagai tambahan resiko keamanan.
    • Untuk akses WhatsApp dari PC, user harus mengaktifkan WhatsApp yang ada di smart devicenya. Logikanya, karena pesan yang sudah terkirim tidak tersimpan di server, WhatsApp Web hanya bisa mengakses pesan dari smart device terkait. Di Telegram, askes dari PC cukup dilakukan dengan install program aplikasi clientnya. Device dengan nomor telpon terkait tidak harus dalam keadaan aktif.
  3. Dalam hal pesan yang sudah terkirim, WhatsApp dan Telegram dapat mendeletenya. Pesan WhatsApp yang sudah terkirim ke user dapat didelete asal belum sampai satu jam mengirimkannya. Karena pesan Telegram dibaca dari server, delete pesan Telegram dapat dilakukan sewaktu-waktu. Setelah terdelete, pesan Telegram tidak akan terlihat lagi oleh semua orang yang menjadi target pembacanya.
  4. Pesan Whatsapp yang sudah terkirim tidak bisa diedit. Pesan Telegram bisa diedit penulisnya asal umurnya belum melewati 2 hari setelah dikirimkan.
  5. Pemilik group chat di Telegram dapat memberi akses pada member baru untuk panjat ke atas membaca pesan diskusi sebelum dia bergabung di group. Setting ini sangat menguntungkan karena ketika ada memberbaru, pengelola group tidak perlu mengulang pesan-pesan penting di diskusi sebelumnya, cukup mempersilakan member baru untuk scroll up.
  6. [update] Karena cepat memenuhi storage, saya sesekali harus clean up smartphone termasuk dokumen, foto dan video dari WhatsApp. Akibatnya saya sering secara tidak sengaja kehilangan file penting yang dikirim lewat WhatsApp.

Saya googling ada yang menuliskan WhatsApp menyimpan media selama 30 hari. Dulu pernah saya kehilangan file-file tugas mahasiswa yang dikirim lewat WhatsApp karena saya terlambat (lewat 30 hari?) mengcopynya ke PC. Sementara ini saya belum pernah kehilangan file dari Telegram asalkan tidak saya delete dari aplikasi Telegram.


Mungkin masih banyak aspek-aspek lain yang bisa menjadi pertimbangan pilihan sistem seperti video call, stiker, channel dan sebagainya, namun saya anggap tidak penting karena tidak menggunakannya secara intensif. Sekarang keduanya sedang berlomba memasukkan fitur keuangan untuk micro payment.


Saya menduga fitur micro payment ini yang bakal menjadi penentu kesuksesannya di masa depan. Entah bagaimana jadinya nanti.

WhatsApps atau Telegram?
Tulisan Bambang Nurcahyo Prastowo

 

0 Response to "WhatsApps atau Telegram?"

Post a Comment